Buku "Pendulang, Hutan Pinus, dan Hujan" ini berisikan kumpulan puisi - puisi dari dua sastrawan asal Kalimantan Selatan yaitu Ahmad Fahrawi dan M. Rifani Djamhari.
Ahmad Fahrawi dan M. Rifani Djamhari merupakan sastrawan kreatif yang tidak hanya membuat puisi,tetapi juga cerpen, esai, novelet dan naskah drama. Karya - karya mereka berdua mengalir memenuhi jagat media cetak lokal hingga merambas ke beberapa media cetak nasional. Dalam berpuisi, mereka berdua nyaris memiliki kesamaan stalistik bahasa. Tidak eksprimental. Persoalan yang diangkat kedalam puisi pun sama - sama memiliki kecendrungan pada aspek - aspek kehidupan sosial "akar rumput". Tidak ada sensasi gaya, semua kata terkelindan menurut kelaziman konvensi bahasa. Puisi - puisi mereka berdua seakan gugus kata penuh desah, dalam kehidupan yang serba sarkas. (Maman S. Tawie)
Buku ini diterbitkan ole Framepublishing bekerja sama dengan Dewan Kesenian Kota Banjarbaru dengan editor Ali Syamsudin Arsi.
Berikut ini merupakan salah satu puisi dari Ahmad Fahrawi yang berjudul "Sungai Masa Lalu"
Ahmad Fahrawi dan M. Rifani Djamhari merupakan sastrawan kreatif yang tidak hanya membuat puisi,tetapi juga cerpen, esai, novelet dan naskah drama. Karya - karya mereka berdua mengalir memenuhi jagat media cetak lokal hingga merambas ke beberapa media cetak nasional. Dalam berpuisi, mereka berdua nyaris memiliki kesamaan stalistik bahasa. Tidak eksprimental. Persoalan yang diangkat kedalam puisi pun sama - sama memiliki kecendrungan pada aspek - aspek kehidupan sosial "akar rumput". Tidak ada sensasi gaya, semua kata terkelindan menurut kelaziman konvensi bahasa. Puisi - puisi mereka berdua seakan gugus kata penuh desah, dalam kehidupan yang serba sarkas. (Maman S. Tawie)
Buku ini diterbitkan ole Framepublishing bekerja sama dengan Dewan Kesenian Kota Banjarbaru dengan editor Ali Syamsudin Arsi.
Berikut ini merupakan salah satu puisi dari Ahmad Fahrawi yang berjudul "Sungai Masa Lalu"
sungai masa lalu, ditubuhnya melintang jembatan bambu
sungai belakang rumahku, lubuk dalam misteri bisu
sungai kota kecil, lanting permandian pohon lua di tepian
dari hulu perahu - perahu dikayuh, jala dilabuh
dari hulu biji - biji para laut, bocah - bocah berebut
dari hulu berbugil mengikut alir
keriangan menghilir
sungai masa lalu
sungai rindu
bocah melempar batu ke lubuk dalam
riaknya yang terbayang adalah kenang
sungai masa lalu, parit keruh masa kini
perahu - perahu kehilangan tambatan
ikan - ikan kehilangan lubuk
bocah - bocah kehilangan rebutan
mampatnya air di hulu, longsornya tanah - tanah tepian
sungai mata kecil menghiliri kemajuan